Headlines News :

Latest Post

Tampilkan postingan dengan label pedagang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pedagang. Tampilkan semua postingan

Jelang Lebaran, Pedagang Kecil Makin Tergusur Swalayan

Written By Unknown on Jumat, 02 Agustus 2013 | 13.09

Berita Tuban - Perkembangan dunia perdagangan di tanah air cukup berpengaruh pada budaya jual beli masyarakat. Hal ini juga cukup dirasakan menjelang Hari Raya Idul Fitri kali ini.

Untuk berbelanja kebutuhan hari raya, banyak segmentasi masyarakat yang memilih untuk berbelanja di toserba dan swalayan. Sehingga sirkulasi perdagangan di tingkat mikro cukup mengalami penurunan. Pasar – pasar tradisional dan pertokoan tak lagi seramai dulu.

Hal tersebut seperti disampaikan oleh Abdul Fattah. Salah seorang pedagang di pasar baru Tuban ini biasanya menjual berbagai kebutuhan lebaran menjelang Hari raya Idul Fitri, namun omsetnya saat ini menurun drastis lantaran berdirinya 2 (dua) swalayan di Tuban yang menyedot daya beli masyarakat.

“Menjelang lebaran seperti ini, biasanya saya menjual berbagai kebutuhan hari raya mas, termasuk menjual aneka jajanan. Tapi sekarang sudah tidak lagi karena semakin hari kondisi pasar semakin sepi,” tuturnya saat ditemui wartawan media ini, Jum’at (2/8/2013).

Lebih lanjut Fattah mengatakan, “Tidak hanya saya, hampir semua pedagang merasakan turunnya omset dagang beberapa tahun terakhir ini. Terlebih sejak di Tuban berdiri dua swalayan besar dari Bojonegoro itu,” tandasnya.

Sebagaimana yang disampaikan Fattah, berdasar pantauan kabartuban.com menyebutkan bahwa di semua swalayan dan mini market menjual segala kebutuhan hidup dan kebutuhan lebaran. Bahkan banyak yang harganya lebih murah daripada di pasar tradisional.

Pihak swalayan mampu memainkan harga lantaran langsung melakukan pengambilan barang dari pabrik dengan jumlah yang cukup besar, yang tentunya membuat harganya lebih kompetitif.

Salah seorang pengunjung yang ditemui kabartuban.com di salah satu swlayan besar di Tuban, Ratih mengatakan, “Saya memilih memilih belanja di swalayan karena lebih nyaman dan lengkap mas, terus pada barang tertentu harganya sama dengan harga grosir. Disamping itu, tidak hanya berbelanja tapi juga bisa sambil refreshing dan jalan – jalan,” katanya.

Sementara itu, berdasarkan sumber yang didapat media ini, Pemerintah Kabupaten Tuban juga telah melakukan upaya – upaya untuk menstabilkan perputaran perdagangan di tingkat mikro. Sehingga para pedagang kecil semakin tertinggal dan tergerus pertokoan modern, salah satunya dengan membatasi perijinan pendirian swalayan atau mall di Tuban.

Namun, berbagai upaya yang dilakukan pemerintah sepertinya belum dianggap membuahkan hasil. Sebagian masyarakat masih menilai Pemerintah kurang tanggap dan tidak mampu menjadi pengayom pedagang kecil.

“Upaya pemerintah untuk melindungi sistem perdagangan masyarakat kecil saya rasa masih lemah. Faktanya hingga saat ini, kami masih harus berpikir sendiri dan berupaya sendiri untuk tetap bertahan di tengah ramainya para investor besar yang berbondong – bondong masuk Tuban. Meskipun harus berjuang keras, kami tidak mau masyarakat pribumi tersisihkan oleh para spekulan asing,” ungkap Fattah. (im)


Author : kabar tuban  |  Publisher  :  Rangga
   [kabartuban.com]
COPYRIGHT © Warta Tuban 2013



Pedagang ayam demo di Gedung Sate

Written By Unknown on Kamis, 04 Juli 2013 | 00.43

BeritaTuban dot com - Pedagang ayam yang tergabung dalam Persatuan Pasar dan Warung Tradisional (Pesat) Jawa Barat berunjuk rasa di depan Gedung Sate Bandung, Kamis, mereka mengancam akan mogok berjualan karena tingginya harga daging ayam potong di Provinsi Jabar.

Ketua Divisi Penugasan Pesat Jawa Barat Yoyo Sutoyo mengatakan, para pedagang daging ayam saat ini telah merugi akibat tingginya harga daging ayam menjelang bulan suci Ramadhan.

"Bahkan tidak sedikit pedagang yang terpaksa menjual harga di bawah modal. Harga saat ini di pasaran ada yang mencapai Rp35.000 hingga Rp40.000," kata Yoyo.

Menurut dia, melambungnya harga daging ayam saat ini dikarenakan tingginya harga jual dari peternak. Peternak menjual ayam kepada bandar seharga Rp20.500 per kilogramnya padahal berdasarkan kontrak yang telah disepakati seharusnya peternak menjual dengan harga Rp15.000.

Oleh karena itu, kata dia, bandar daging ayam pun terpaksa menaikan harga jual kepada pedagang.

"Jadinya harga jual dari bandar ke kami pun ikut tinggi. Dampaknya para pedagang mengaku terpaksa menaikan harga jual ke masyarakat. Sehingga kami merugi, sampai banyak yang nombok, karena menjual di bawah harga modal, dan penjualan menurun 50 persen," katanya.

Ia menuturkan sebagai ujung tombak pemasaran maka tidak sepantasnya pedagang mengalami kerugian seperti itu karenanya ia meminta pemerintah segera turun tangan mengatasi permasalahan ini.

"Kami menuntut agar pemerintah segera menormalkan kembali harga jual ayam potong. Harga jual saat ini dirasa tidak seimbang dengan modal yang dikeluarkan pedagang. Sudah sebulan ini kami kelabakan. Padahal Jawa Barat ini kan sentra ayam, tapi kenapa harganya bisa tinggi," katanya.

Ia menambahkan, hari ini sekitar 5.000 pedagang ayam di Bandung Raya akan mogok berjualan sebagai bentuk ungkapan kekecewaannya.

Editor: Fitri Supratiwi |  Publisher  :  Rangga
   [AntaraNews.com]
COPYRIGHT © Warta Tuban 2013 


SERVER Distributor PULSA MURAH

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Kabar Berita Tuban dot Com - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger